Thursday, June 12, 2014

Gedung Tua: Part 2


Kami Berenampun masuk kedalam gedung tersebut dan menunggu hingga malam. Malampun tiba dan kami memutuskan untuk melakukan uji nyali sekarang juga, dengan memakai kamera inframerah yang Gio letakan di salah satu tempat. Davina pun maju duluan untuk melakukan uji nyali sementara kami berlima menunggu diluar.

Kami berenam memutuskan akan menjemputnya setelah satu jam, karena jika terlalu lama kami takut terjadi sesuatu selain itu kami juga tak mau kehabisan waktu karena kami ingin melakukan uji nyali juga.

Davina berhasil, lalu Gio pun berhasil, Chris, Naufal juga berhasil. Kini giliranku jujur saja aku memang agak takut juga sih ketika ingin masuk kedalam.

Didalam sana aku tak melihat apapun yang aneh, entah itu pocong, kuntilanak, genderewo, bahkan hantu gentayangan juga tidak ada. Yang ada hanya suara-suara, bau aneh, dan benda berjatuhan tak sedikitpun membuatku takut.

Akhirnya mereka datang untuk menjemputku, "Hebat lu gak takut, padahal banyak banget hantu disini" kata Gio, "Orang gak ada apa-apa juga" jawabku, "Masa? kita berempat juga ngeliat banyak hantu kok disini" kata Gio, "Udah jangan banyak omong, giliran Christy nih kasian dia dari tadi nungguin mana dikasih terakhir lagi" Kata Chris, "Ok, sekarang kita keluar biar si Christy yang diem disini" kataku. Kami berlima keluar meninggalkan Christy sendirian di gedung tersebut.

Kami berlima sibuk dengan kegiatan masing-masing diluar sana. Aku yang main game online di telepon pintarku, Chris yang sibuk sms-an sama pacarnya, Gio sama Naufal main catur, dan Davina sibuk bikin status.

Ketika alarm ditempat kami berbunyi, kami segera menjemput Christy, Christy seperti tidak takut sedikitpun setelah kami sampai kami bertanya "Lu nggak apa-apa?", "Nggak" kata Christy "eh, Mana Davina kok nggak keliatan" lanjutnya. Kami berlima mencarinya dan memang tadi dia Gio gandeng ketika masuk, tapi setelah bertemu Christy gandengan Gio dilepas.

Ketika kami mencari Davina digedung tersebut, Naufal melihat ada seorang pria dilantai atas.
"Mungkin dia tahu dimana Davina" kata Naufal
"Benar, ayo kita kejar dia!" kata Gio. Dan kami memutuskan mengejar pria tersebut untuk menanyakan dimana Davina

Tapi Kami semua akan menyesal telah mengejar pria tersebut.

Tuesday, June 10, 2014

Gedung Tua: Part 1

Namaku Ahmad, aku adalah seorang pemuda penyuka petualangan dan misteri. Bersama dengan 5 temanku Gio, Davina, Naufal, Chris dan Christy kami sering berpetualang ke tempat-tempat yang dianggap angker dan beberapa kali juga kami sering melakukan uji nyali seperti yang ada di salah satu acara pada tengah malam.

Hari ini Aku, Gio, Chris sama Christy berencana akan mencari tempat angker lagi untuk melakukan uji nyali, "Gio, lu tahu kita uji nyali dimana lagi nggak?" Kataku, "Belum nih, lu tahu gak Chris?" jawab Gio, "Tenang, Gue sama Christy udah tau tempatnya" jawab Chris. Memang Chris dan Christy adalah saudara kembar, hobi mereka pun sama yaitu Hal-hal yang berbau Horror, Sedangkan Aku dan Gio adalah sahabat dekat yang besar bersama.

"Lu ajak juga Davina sama Naufal dong Mad!" kata Chris, "Jangan kayak minggu kemarin. Nggak ngajak mereka berdua, jadinya kita diomelin mereka berdua, apalagi pacar lu Gio bawelnya gila-gilaan" Katanya lagi, "Oke deh Chris, gue ajakin mereka, gue juga mau ngajakin mereka kok" Jawabku.

Besoknya kami berenam sudah siap dengan barang kami masing-masing, juga beberapa uang untuk makan, karena kami menumpang di mobil Chris jadinya kami bawa uang lebih untuk patungan bensin. "semuanya udah masuk?" kata Chris, "UDAH" Jawab kami berlima serentak, "Oke, lets go" kata Chris lagi.

*********

Kamipun sampai didaerah tujuan. "lu bilang tempat angker, kok kita malah ketempat kumuh gini?" kata Gio, "iya, lu niat sih gak sih uji nyali?" timpal Davina. "memang ini tempatnya, katanya dulu disini ada kerusuhan yang membuat ribuan nyawa melayang, ada yang bilang jika ada orang yang masuk ke Gedung ini, pulang cuma bawa nama" jawab Chris. "Serem amat ceritanya" kata Naufal yang memang paling penakut antara kami berenam, "Kenapa? Takut" kata Christy, "Ng...gak kok Christy" elaknya. "udah, kita siap-siap aja dulu didalem" kataku

Itu adalah suatu kesalahan, karena kami tidak tahu ada apa didalam.

Sunday, June 8, 2014

18# Creepypasta Indonesia

Lelaki yang Tersenyum


Hal ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu saat aku masih tinggal di sebuah apartemen di kota besar, aku adalah seorang pengidap insomnia akut, jadi saat teman sekamarku sudah tidur, aku sering pergi keluar untuk menghabiskan waktu. berjalan sendirian di kegelapan malam, aku tidak punya alasan untuk merasa takut, sampai malam itu, malam yang mengubah hidupku untuk selamanya.
Saat itu hari Rabu, sekitar jam satu atau dua tengah malam, aku sedang berjalan menyusuri taman yang jaraknya lumayan jauh dari apartemen, malam begitu sunyi, tidak ada satupun kendaraan yang berlalu-lalang. jalanan benar-benar kosong.
Aku berbalik dan berjalan diatas trotoar, hendak kembali ke apartemenku, saat itulah pertama kali aku melihatnya diujung jalan.
Aku melihat siluet seorang pria, dan dia sedang menari. itu adalah tarian yang aneh, mungkin mirip waltz, dan dia mengakhiri setiap gerakan dengan sebuah hentakan kedepan, kurasa kau boleh membayangkan bahwa dia menari sambil berjalan, dan dia menuju tepat kearahku.
Awalnya kukira dia sedang mabuk, jadi aku melangkah kepinggir trotoar, memberinya cukup ruang untuk melewatiku, dia makin mendekat dan aku makin menyadari sosoknya yang sungguh aneh, tubuhnya begitu kurus dan tinggi semampai, serta mengenakan setelan yang ketinggalan zaman.
Dia terus menari dan mendekat sampai akhirnya aku mampu melihat wajahnya.
Kepalanya miring dengan garis yang tidak wajar dan matanya melotot menghadap langit, senyum lebar dan mengerikan tersungging di wajahnya, senyum yang hanya akan kau lihat di serial kartun. tatapan liar dan senyumnya yang tidak masuk akal sudah cukup membuatku bergidik dan segera menyebrang jalan menjauh darinya. aku tidak berhenti memperhatikannya saat sampai di sebrang jalan dan menghentikan langkahku. Dia tak lagi menari dan kini berdiri dengan salah satu kaki, menghadapku namun tetap melihat keatas. Tentu dengan senyum aneh yang masih merekah lebar.
Saat itu aku sudah sangat gugup, aku mulai berjalan namun tetap enggan untuk melepaskan pandanganku darinya. Saat aku telah mencapai jarak setengah blok, aku menoleh kedepan untuk beberapa saat, hanya untuk memastikan bahwa jalanan dan trotoar di hadapanku benar-benar lengang. Masih dalam keadaan gugup, aku berbalik kembali kearah pria tadi berdiri dan mendapati dirinya telah lenyap.
Aku sempat lega untuk beberapa saat... sampai aku melihatnya lagi, kali ini dia sudah ikut menyebrang, aku tak dapat melihatnya dengan jelas karena jarak kami sudah cukup jauh dan pekatnya gelap malam. Tapi aku sangat yakin dia sedang menatapku. tak lebih dari 10 detik aku mengalihkan pandanganku darinya, jadi sudah pasti dia bergerak dengan cepat.
Aku begitu terkejut saat itu hingga tak dapat bergerak, ketika dia mulai berjalan menuju kearahku lagi, dia mengambil langkah-langkah besar, seperti seseorang sedang berjinjit, namun dengan kecepatan tinggi.
Aku harus bilang bahwa semestinya aku kabur waktu itu, atau mengambil ponselku dan mulai menghubungi seseorang, tapi tidak. Aku hanya diam membeku menyaksikannya berjingkat kearahku.
Kemudian dia berhenti, sekitar sepuluh meter dariku, masih dengan senyumnya, masih melotot kelangit.
Ketika aku mendapatkan kendali atas tubuhku lagi, hal pertama yang kupikirkan ialah segera mengumpat padanya "Apa yang kau inginkan dariku heh?" Namun yang keluar dari mulutku lebih terdengar seperti rengekan.
Terlepas dari bisa atau tidaknya manusia mencium rasa takut, mereka bisa mendengarnya. dan aku mendengar rasa takut dari suaraku sendiri. dan itu hanya membuatku merasa lebih buruk.
Tapi dia tetap tidak bereaksi sama sekali. hanya diam berdiri, dengan senyum anehnya.
Lalu, setelah sekian lama, pria tersebut perlahan berbalik, kemudian mulai menari-menjauh dariku, entah mengapa. kali ini aku tak akan melepaskan pandanganku lagi darinya, sampai dia telah benar-benar jauh, menghilang diantara lampu-lampu jalan yang remang.
Kemudian aku menyadari sesuatu, dia tak lagi menjauh atau menari, aku menyaksikan dalam horor bayangnya yang semakin membesar dari kejauhan, dia kembali, dan kini berlari dengan kencang mengejarku.
Aku segera berlari secepat yang kubisa menuju ke penerangan yang lebih baik, menuju jalanan yang lebih ramai, saat aku menoleh kebelakang, aku tak melihatnya dimanapun. sepanjang jalan menuju apartemenku, aku terus menoleh kebelakang beberapa kali, masih merasakan sosoknya membuntutiku dari belakang dengan senyumnya yang mengerikan, tapi dia tidak pernah muncul.

Semenjak malam itu, aku tidak pernah lagi berjalan sendirian. ada sesuatu diwajahnya yang selalu menghantuiku hingga saat ini, dia tidak tampak mabuk, sorot matanya terlihat benar-benar gila. dan itu adalah hal yang sungguh menyeramkan.

17# Creepypasta Indonesia

Boneka

Aku memberikannya sebuah boneka sebagai hadiah ulang tahun beberapa hari yang lalu. Dia sangat menyukainya, "boneka yang cantik" dia bilang. Dengan rambut yang lembut dan pakaian indah yang melekat ditubuhnya. dia hampir tak pernah berada terlalu jauh dari bonekanya. Disepanjang siang, dia akan mendudukannya dimeja jadi dia bisa selalu memandangnya selagi membersihkan rumah. juga ketika malam menjelang, dia akan meletakkannya tepat disamping ranjang, agar mata birunya yang besar dapat selalu mengawasi kami saat terlelap.
Tetapi rasa cinta istriku pada bonekanya perlahan berubah, aku menyadari sesuatu yang salah terjadi. Tentu aku sudah bertanya, tapi dia menolak menjelaskan pada awalnya, bilang padaku bahwa dia mungkin hanya berhalusinasi. Tapi istriku makin bertingkah aneh hari demi hari, aku sudah tak mampu menahannya. Aku terus memaksanya menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi atau aku akan membawanya ke dokter.
Akhirnya dia menyerah dan memberitahuku sambil terisak, dia bilang bonekanya membuat dirinya ketakutan. Dia juga bilang padaku bahwa dia seakan selalu merasa diperhatikan, dan suatu waktu dia mendapati bonekanya pernah bergerak sendiri.
Hal ini sungguh membuatku khawatir dan aku segera beranjak ke kamar untuk memeriksa bonekanya.
Aku melihatnya tergeletak di atas ranjang, dengan mata birunya yang menatap lurus. Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat, bonekanya tidak bergerak. Tentu saja, itu hal yang sangat mustahil.
Aku hendak berbalik saat kulihat geliat kecil di sudut mataku, aku menoleh dan segera mengambil bonekanya, menatapnya lebih dekat.
Ada yang salah dimatanya.
Aku menajamkan pandanganku dan melihat lebih dekat.
Ya, ternyata memang ada gerakan, tapi bukan dari matanya, melainkan sesuatu yang menggeliat dibaliknya.
Sebelum aku sempat menyimpulkan sesuatu, sekitar sepuluh ekor belatung berjatuhan dari celah bola matanya. Aku sungguh terkejut dan menjatuhkan bonekanya kelantai, kemudian secara reflek mundur beberapa langkah.
Istriku bertanya apa yang sedang terjadi dari arah ruangan lain. Aku segera menyahut padanya untuk tidak perlu khawatir. Aku mengambil bonekanya lagi, kini dengan kain lap ditanganku untuk membersihkan belatung-belatungnya. Didalamnya aku melihat lebih banyak, bergerombol dan mencoba mencari jalan keluar.
Sudah kuduga yang ini memang tidak akan bertahan lama. Well, kurasa aku memang harus menjaganya tetap hidup untuk beberapa saat, dengan begitu mungkin akan lebih awet.
Saat aku membuang bonekanya, aku terus memikirkan tentang seringnya istriku bilang padaku bahwa dia sangat menyukai gadis kecil berambut pirang yang tinggal beberapa blok dari rumah kami. Bukankah ia juga memiliki mata biru yang indah ?
Kurasa kini aku tahu kejutan apa selanjutnya yang akan kuberikan pada istriku.

16# Creepypasta Indonesia

Maukah Kau Bermain Denganku?


Aku sebenarnya tidak ingin menceritakan pengalamanku ini, tapi aku sudah terlalu lama menyimpannya sendiri. Tidak ada seorang pun yang tahu. Tapi, sekarang aku mempercayakannya padamu, untuk membaca ceritaku ini. Dan cobalah berusaha untuk memahami kengerian yang ku alami. Jari-jemariku berkerut dan gemetar, air mataku terus mengalir di pipiku ketika aku berusaha untuk mengetik tulisan ini.
Ketika itu adalah malam yang sangat biasa. Aku kelelahan, pekerjaan di kantor agak membuatku sedikit stres, dan aku sangat ingin tidur.
Tapi malam ini terasa agak berbeda.
Hembusan angin sepertinya terasa mengerikan. Langit terlihat lebih gelap. Ketika aku bersantai di sofa dan menonton acara favoritku, aku melihat bayangan seperti siluet berdiri di luar jendelaku, bayangannya terlihat dari tempat ku duduk. Aku mencoba fokus! Benar-benar memperhatikan sosok apakah itu.
Tapi tidak ada apapun selain kegelapan. Aku berfikir kalau aku hanya kelelahan saja. Pekerjaanku cukup banyak hari ini, itu saja.
Ketika acara favoritku sudah selesai, aku segara pergi tidur. Ketika aku berusaha untuk tidur, tiba-tiba terdengar deritan pintu kamarku. Aku mengabaikannya karena terlalu lelah untuk mengurus hal-hal konyol seperti itu. Tapi aku merasa seperti sesuatu memperhatikanku. Aku mencoba berpikiran positif karena aku sangat ingin tidur. Tapi kemudian, aku mendengar nafas yang berat dan pelan. Pertamanya, aku mengira itu adalah bunyi nafasku sendiri walaupun aku sedikit ragu akan hal itu. Jadi, aku mencoba menahan nafasku sebentar untuk membuktikannya.
Ternyata itu bukan nafasku.
Aku melompat bangun dan membuka mata. Mendadak tubuhku menjadi beku ketika aku melihat seseorang di sudut tempat tidurku. Seorang gadis kecil yang kira-kira berumur 6 tahun, berambut panjang yang hitam, dalam balutan gaun tidur berwarna putih. Dia menatapku tanpa berkedip dan tersenyum lebar. Dia mempunyai luka sayatan yang cukup dalam di wajahnya, tangannya yang diletakkannya disamping, terlihat penuh oleh sesuatu yang berwarna merah. Kami berdua duduk dan saling pandang beberapa waktu, sampai dia mengeluarkan jeritan yang menyeramkan. Saat itu, aku mencoba berlari menggapai pintu, tapi dia melompat ke arahku, menancapkan kukunya ke wajahku, matanya yang hitam hanya berjarak beberapa inci dari mataku dan terus menjerit dengan suara melengking. Suaranya kencang sekali, aku terus berontak dan sekuat tenaga menjauhkan dia dariku. Tapi akhirnya, kepalaku terbentur meja disamping tempat tidurku. Aku kehilangan kesadaran.
Aku terbangun dan mendapati diriku berada di basement yang kosong. Pakaianku masih lengkap, kecuali kaos ku. Aku berjuang untuk mendapatkan kembali keseimbanganku. Kulihat kepalaku sudah penuh dengan darah kering. Terdapat sayatan di lenganku yang bertuliskan “Maukah kau bermain denganku?”. Itu terasa sakit dan perih sekali.
Lalu aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku dengan persaan takut dan horor, dan aku melihat pintu besi dengan rembesan darah dibawahnya. Perlahan aku berjalan ke arah pintu itu. Sepertinya tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis yang kutemui dikamarku tadi. Walaupun diselimuti ketakutan, aku akhirnya mendorong pintu itu dan masuk kedalam.
Dibalik pintu itu, aku melihat pemandangan yang menyeramkan. Aku melihat banyak mayat tergeletak di ruangan yang luas itu sampai jalan menuju tangga di sudut seberang ruangan. Mayat laki-laki, perempuan, anak kecil, dan beberapa mayat lainnya terbaring disana. Ada sayatan parah dilengan mereka yang bertuliskan sama dengan yang tertulis dilenganku “Maukah kau bermain denganku?”. Lalu aku memperhatikan mayat perempuan, yang tergeletak tidak jauh dari tempatku.
Leher wanita itu terkulai lemas, luka besar di perutnya menganga lebar. Ketika aku beranjak untuk lebih melihatnya lebih dekat, aku melihat truk pemadam kebakaran mainan di antara jeroannya yang hampir terburai. Aku tercekik karena ketakutan. Lalu, didekat mayat perempuan tadi, mayat seorang pria terbaring disana dengan matanya yang sudah mencuat keluar, disebelahnya terdapat pemukul baseball yang sudah patah tergeletak diatas genangan darah. Lalu ada anak kecil yang berbaring tak berdaya ditengah-tengah ruangan. Mulutnya terbuka lebar, dan terdapat truk mainan yang sepertinya dipaksa masuk ketenggorokannya, dadanya terbelah dan jantungnya tergeletak disebelah badannya dan ditempat dimana jantungnya seharusnya berada, terdapat sebuah boneka kecil. Serta banyak mayat-mayat lain yang tak tak sanggup aku lihat satu persatu.
Aku kehilangan kontrol dan muntah. Aku menangis ketakutan, tetapi tiba-tiba satu pikiran agak menggangguku, “dimana gadis itu?”
Aku sebenarnya tak ingin tahu dimana ia berada, tentu saja. Tapi aneh saja, setelah aku sampai ditempat ini, dia malah tidak terlihat lagi. Yang kutakutkan juga, dia ada disekitar sini menunggu untuk menyakitiku. Aku mulai berpikir untuk keluar dari basement ini, maka aku berjalan menuju anak tangga. Tapi kemudian, langkahku terhenti...
Ada nafas yang berat berhembus di belakangku.
Aku menoleh dengan takut-takut. Dan di belakangku, aku melihat gadis kecil itu. Kemudian dengan suara yang dalam, dia berkata, “Maukah kau bermain denganku?”
Dia mulai berteriak histeris lagi. Aku berbalik dan bersiap untuk berlari, tapi dengan sigap dia menangkapku. Kukunya yang setajam pisau mencakar punggung dan leherku. Aku berusaha melawan sekuat tenaga dan akhirnya aku berhasil menghempaskannya ke lantai.
Aku menaiki tangga dengan berlari ke arah pintu keluar diujung anak tangga tapi secepat kilat dia mendahuluiku dan menghalangi pintu. Kurasakan darah mulai mengalir di punggungku akibat cakarannya tadi. Dia menerkamku lagi, membuat kami terguling ditangga. Lalu aku menyiku mukanya, berusaha mendorongnya menjauh. Ketika dia hendak menendangku, aku menangkapnya. Matanya yang lebar dan hitam memandangku dengan tatapan liar dan ganas, kukunya mencakari mukaku yang terasa sudah hancur akibat cakarannya. Teriakannya memekakkan telingaku. Dia mengangkat tangannya dan tersenyum lebar sekali, lalu tangannya menusuk mataku.
Semuanya mendadak gelap.
Ketika bangun, aku sudah berada dirumah sakit, perban memenuhi tubuhku, juga mataku sebelah, tapi aku bersyukur aku masih bisa melihat. Seorang polisi berdiri diruanganku, sedang berbicara dengan dokter. Mereka menyadari aku telah bangun dan tersenyum padaku. Mereka menginformasikan padaku bahwa aku adalah satu-satunya korban yang selamat dari pembunuhan massal yang dilakukan oleh seorang pria yang berumur setengah baya, dan polisi telah mengamankan pelaku. Aku menceritakan pada mereka tentang gadis kecil yang kulihat, tetapi mereka berkata tak ada gadis kecil ditempat kejadian. Aku bersikeras, tapi mereka tidak mempercayaiku. Mereka hanya mengatakan kalau aku membutuhkan istirahat.
Dua minggu berlalu, dan aku sudah diperbolehkan pulang kerumah. Ketika aku keluar dari ruangan dan melewati ruang tunggu, aku melihat beberapa mainan berserak disana. Mobil pemadam kebakaran mainan, truk mainan, dan boneka. Tragisnya, didekat mainan itu, duduklah seorang gadis kecil berambut panjang dan memakai gaun putih, tersenyum manis padaku. Dan dengan suara yang dalam dia berkata, “Maukah kau bermain denganku?”

15# Creepypasta Indonesia

Anak-Anak di Lantai Atas


Seorang pria (kita panggil saja dia dengan "K") terluka karena sebuah kecelakaan mobil dan memutuskan untuk beristirahat dirumah untuk beberapa minggu. K sudah menikah namun isterinya juga masih bekerja, jadi dia sendirian dirumah sepanjang hari. Untuk hari-hari pertama dia menikmati kebebasannya, namun ketika sampai dihari ketiga dia mulai bosan. Dia harus tetap dirumah karena cedera yang dialaminya membuatnya tidak bisa kemana-mana.
Lalu suatu hari lewat jam makan siang dia menonton TV sembari melamun dia mendengar suara derap langkah yang keras dan suara anak kecil dari lantai atas. Dia tidak terlalu peduli pada hal itu, terlebih karena dia pikir anak-anak itu sedang liburan sekolah. hari berikutnya dia mendengar suara anak-anak lagi, pada waktu yang sama dihari yang lalu. Terdengar kalau ada dua orang anak kecil diatas sana. Tempat tinggak K adalah sebuah apartemen besar namun selalu sepi setiap hari; suara anak-anak itu, biar bagaimanapun, bergema sangat keras berlawanan dengan ketenangan yang menyelimuti. K Tidak merasa terganggu, tapi sebaliknya dia senang ada yang menganggu kesepian yang sering dialaminya.
Hari berikutnya K, merasa sangat bosan dan malas untuk memasak makan siang, dia memesan pizza. Pizza, yang datang dalam waktu 30 menit, rasanya terlalu banyak untuk K karena itu dia tidak memakan bagian lain dari pizza yang dipesannya. Biasanya dia menyisakan beberapa potong pizza itu untuk istrinya tapi kali ini dia teringat kepada anak-anak dilantai atas dan, ingin melakukan suatu kebaikan, akhirnya dia putuskan untuk mengatar pizza itu kepada mereka.
K tidak tahu siapa pemilik dari ruangan di atas, biar begitu dia menekan bel pintunya. Dia mendengar sesuatu dari dalam, tapi masih tidak ada jawaban. Dia menekan bel lagi. Dia merasa ada seseorang yang melihatnya lewat lubang pintu.
"Siapa itu?"
Suara orang yang terdengar sedang lemas terdengar dari balik pintu.
K menjelaskan dia dari ruangan dibawah mempunyai pizza sisa makan siang dan berniat untuk memberikan pizza itu kepada anak-anak diruangan itu. Pintu terbuka sedikit. Terlihat gelap yang tidak biasa didalam ruangan. Dari celah pintu sekitar 5 cm seorang wanita muncul, memperlihatkan setengah wajahnya. "Terima kasih banyak. Tapi kami tidak mau," Wanita itu menjawab dengan dingin. Terlalu gelap untuk melihat ekspresi wajahnya dengan jelas. Tiba-tiba K merasa sedang tidak berada didalam apartemen itu, biar bagaimanapun dia mencoba menjelaskan kepada wanita itu kalau dia ingin memberikan pizza itu untuk anak-anak.
Udara pelan berhembus keluar pintu. Dia mencium bau yang tidak biasa. Sesaat kemudian wajah dua orang anak kecil muncul dibawah wajah wanita itu. Pintu masih terbuka sedikit. Mata anak-anak yang redup menatap K. Tiga wajah itu berjajar dari atas kebawah.
"Baiklah.... kalau begitu.... aku terima kebaikanmu." Kata wanita itu. Ketika K mendekatkan kotak pizza itu dicelah pintu sebuah tangan keluar dan mengambil kotak pizza itu.
Tiga wajah itu masih menatap K.
"Terima kasih....."
Dia mendengar suara lemas itu lagi. K segera pergi dari tempat itu. Dia ketakutan. Disudut pikirannya dia merasakan ada sesuatu yang sangat tidak biasa. Gambaran dari wajah anak-anak itu meninggalkan tekanan dipikirannya. "Wajah....." dia merasa merinding. "Wajah itu.... berjejer satu baris..." Dia melangkah dengan cepat. K ingin segera kabur dari tempat itu secepat mungkin. Dia menunggu lift namun lift itu tidak kunjung datang. "Membentuk garis.... dengan vertikal..... diatasnya masing-masing..." Dia menekan tombol lagi dan lagi, tapi liftnya masih tidak datang. Dia berbalik dan pergi ke arah tangga darurat. Kepalanya berdenyut-denyut kesakitan. Dia mulai merasa mual.
Tepat ketika dia membuka pintu yang berat menuju tangga darurat, dia merasakan seseorang memperhatikannya dibelakang. Dia berbalik, dan sekilas, sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri, wajah yang sama menatapnya dari sudur koridor. Sama seperti sebelumnya, mereka hanya memperlihatkan setengah wajahnya dengan tatapan yang redup. Cahaya siang hari yang dingin berhembus dari jendela menerangi wajah mereka.
K segera berlari menuruni tangga, walaupun sedang sakit. Rasanya secepat apa dia berlari dia tidak akan pernah mencapai lantai dasar. "Wajah yang sejajar, diatasnya masing-masing...... mustahil..... itu berarti..... tidak ada tubuh.... dan seseuatu yang aneh kulihat dibalik wajah itu..... tangan.... memegang kepala - kepala itu...."
Dia berlari menuju toko terdekat dan meminta orang-orang disana untuk menelpon polisi. Polisi datang dan menggeledah ruangan itu. Polisi menemukan tubuh dari ibu dan anak-anak di bak mandi. Tubuh-tubuh itu sudah tidak berkepala lagi. Dan suaminya, yang menjadi tersangka pembunuhan itu, ditemukan bersembunyi di lemari pakaian - gila. Dia bersikeras menganggap kalau keluarganya masih hidup. Terlihat ketakutan tersirat dari matanya; polisi tidak tahu apa yang menyebabkan dia sangat ketakutan.
Tapi K tahu.

14# Creepypasta Indonesia

Buku Catatan Kecil



Hari pertama:
Halo! Namaku Sarah! Aku baru saja mendapat buku diary baru dari hadiah ulang tahunku. Aku suka mamaku. Kadang-kadang dia menjadi sangat baik. Dia selalu membelikanku hadiah. Saat aku berbicara pada bonekaku, mama menyuruhku berhenti. Dia bilang tidak baik untuk punya teman imajinasi. Itu membuatku sedih. Itu juga membuat bonekaku sedih. Aku harus bergegas membantu mama menyiapkan makan malam. Sampai jumpa besok!
Hari kedua:
Saat aku bangun pada pagi hari, ada seorang anak laki-laki di sudut kamarku. Awalnya aku ketakutan, tapi dia mendekat ke ranjangku dan mengatakan kalau dia teman baruku. Dia senang melihatku bermain di halaman rumahku. Aku suka teman baruku. Dia bilang namanya Thomas tapi aku boleh memanggilnya Tommy. Dia punya bekas sayatan di wajahnya. Aku bertanya dimana dia mendapatkan bekas sayatan itu dan dia jawab dari mamaku. Itu membuatku sangat marah pada mama.
Hari ketiga:
Tommy datang lagi. Kami bermain boneka dan aku bertanya padanya darimana dia berasal. Dia berkata dia tinggal di dalam lemariku. Itu lucu. Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Tommy adalah teman baru terbaikku! Aku bertanya dimana dia sekolah. Dia menjawab dia tidak sekolah. Aku menawarkannya untuk ikut ke sekolah bersamaku besok dan dia mengiyakannya.
Hari keempat:
Tommy tidak ke sekolah bersamaku hari ini karena mamaku tidak mengijinkannya. Aku memaksanya untuk mengijinkan Tommy ikut tapi jawabannya tetap tidak. Aku bertanya pada mamaku kenapa Tommy tidak boleh ikut dan dia bilang Tommy tidak nyata. Itu membuat Tommy marah. Tommy mengatakan padaku kalau dia akan menemuiku saat jam makan siang. Tommy benar-benar baik! Aku tidak sabar untuk menemuinya.
Aku mengatakan pada guruku kalau Tommy akan menemuiku, dia tertawa dan mengatakan padaku bahwa dia tidak nyata. Itu membuatku sedih. Aku bilang padanya tentang bekas sayatan di wajah Tommy dan guruku mulai cemas. Aku tidak mengerti kenapa semua tidak menyukai temanku Tommy. Dia teman terbaikku! Aku pergi ke tempat ayunan dan melihatnya duduk menungguku. Dia mengatakan kalau mamaku sangat lelah dan dia sudah tertidur. Tommy bertanya padaku siapa saja yang sudah berbuat jahat padaku. Aku memberitahunya kalau guruku menganggap Tommy tidak ada. Itu membuat Tommy sangat marah. Tommy berkata akan menjagaku. Aku bermain di ayunan selama beberapa saat. Saat bel sekolah berbunyi, dia berkata akan menemuiku di rumah. Aku tidak sabar saat sekolah berakhir!
Hari keenam:
Aku tidak melihat mamaku sejak pulang sekolah. Beberapa polisi datang dan bertanya pada papaku. Mereka ingin tahu dimana mamaku. Aku ingin memberitahu mereka kalau mama sedang tertidur tapi Tommy menyuruhku untuk diam. Dia juga berkata kalau guruku sedang tertidur dan dia tidak mau siapapun untuk membangunkannya. Aku bertanya padanya apakah guruku sudah percaya padanya sekarang. Dia bilang guruku percaya. Itu membuatku sangat senang! Tommy berkata kalau papaku orang bodoh karena memanggil polisi. Aku bilang kalau aku menyukai papa. Tommy bilang kalau papa tidak menyukaiku. Aku sangat sedih. Tommy berkata hidup penuh dengan kesedihan dan orang akan senang jika mereka ingin tidur.
Hari ketujuh:
Tommy membangunkanku dan mengatakan kalau papa sudah tertidur. Dia ingin menunjukkanku sesuatu. Aku segera berpakaian dan kami berjalan ke belakang rumahku. Dia berkata kalau mama dan papaku sedang tertidur jadi aku harus hati-hati. Aku melihat-lihat sekelilingku tapi tidak menemukan mereka. Tommy mengambil ranting dan menunjuk ke tanah dan mengatakan kalau mama dan papaku ada di bawah sana. Aku bertanya kenapa mereka tidur disana. Tommy menjawab kalau disana tempat terbaik untuk tidur. Lalu dia mengambil ranting lagi dan menunjuk sebuah lubang. Dia menyuruhku untuk tidur disana juga. Aku bilang tidak mau, aku ingin tetap terbangun. Itu membuatnya marah. Aku tidak pernah melihatnya semarah ini. Tommy jadi menakutkan bagiku. Aku tidak berpikir kalu Tommy bukan teman yang baik.
Hari kedelapan:
Halo, ini Tommy! Sarah tidak bisa melanjutkan menulis diary ini, jadi aku menyelesaikan tulisan ini untuknya. Ini akan jadi tulisan yang terakhir.
Sarah sangat mengantuk jadi aku menaruhnya di sebelah mama dan papanya. Dia bilang aku menyakitinya dan dia meronta-ronta dan berteriak, tapi setelah teridur, dia tidak membuat suara lagi.
Tanah adalah tempat terbaik untuk tidur! Itu adalah tempat anjingku tidur! Itu adalah tempat keluargaku tidur! Itu adalah tempat Sarah dan orang tuanya tidur! Itu adalah tempat guruku, Ibu Susie tidur! Itu adalah tempat sahabatku, Hailey, Rebecca dan George tidur! Itu adalah tempat aku tidur!

13# Creepypasta Indonesia

Kamera Video


Kamera Video adalah sebuah cerita menakutkan tentang seorang mahasiswa yang meyakini dirinya sedang dibuntuti oleh seseorang. dia lantas meninggalkan sebuah kamera perekam di kamarnya untuk mengetahui siapa orang tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, seorang pemuda bernama Bryan baru saja masuk ke sebuah perguruan tinggi. dia tidak memiliki cukup uang untuk tinggal dalam asrama kampus, jadi dia menyewa sebuah apartemen untuk dirinya sendiri di kota itu.
Setelah tinggal di sana dalam beberapa hari sendiri, dia menyadari ada beberapa hal yang aneh. sering terjadi, ketika dia baru saja pulang dari kampus, tirai kamarnya selalu tertutup padahal dengan jelas dia mengingatnya meninggalkan tirai itu dalam keadaan terbuka pada pagi harinya. di kesempatan lainnya, beberapa barang-barang miliknya terlihat sudah dipindahkan bahkan hilang – tak pernah ditemukan.
Kejadian-kejadian aneh ini mulai menakuti Bryan, jadi pemuda tersebut mencoba menceritakan hal ini kepada teman-temannya, Trisha dan Alex. Mereka bertemu di kedai terdekat dan setelah menyeruput kopinya, dia mulai menceritakan semua hal-hal aneh yang disadarinya.
“Mungkin saya hanya sedang paranoid,” kata Bryan. “Tapi saya benar-benar curiga bahwa seseorang telah merangsek masuk ke dalam apartemenku di siang hari, ketika saya masih di kampus dan …”
“Dan apa?” potong Alex. “Merubah tirai jendela dan memindahkan barang-barangmu? Siapa yang begitu gila hanya melakukan itu?”
“Ini memang terdengar gila, tapi mungkin saja seseorang sedang mengintaimu.” kata Trisha. “Itu mungkin saja. Dan jika ini benar, saya rasa menghubungi polisi adalah jalan yang terbaik.”
“Apa yang polisi bisa lakukan?” tanya Alex. “Mereka tidak akan menghabiskan waktu hanya untuk menjaga apartemenmu. Di samping itu, tidak ada bukti kerusakan pada barang-barang. Tidak ada tanda-tanda seseorang mendobrak masuk. Singkatnya, kau tidak memiliki bukti.”
“Jadi apa yang bisa kulakukan?” tanya Bryan. “Saya tak tahu harus berbuat apa.”
“Saya tahu apa yang bisa menenangkan pikiranmu.” usul Trisha. “Mudah saja. Taruh sebuah kamera video di kamarmu, dan tetap nyalakan ketika kau keluar ke kampus. Jika benar kau memiliki penguntit, kau bisa menunjukkan rekamannya nanti ke polisi sebagai bukti.”
“Kau tahu, itu adalah sebuah ide bagus.” kata Bryan.
“Dan jika kau benar-benar hanya paranoid atau gila, kau bisa menunjukkannya kepada psikiater.” ledek Alex.
Malam itu, Bryan meminjam kamera video Trisha dan membawanya ke rumah. Pada subuh-subuh sekali esok paginya, dia menyembunyikan kamera itu di bawah beberapa laci mejanya. Sebelum dia pergi ke kampus, dia menekan tombol rekam dan meninggalkannya tetap menyala.
Sepanjang hari itu, ketika dia duduk dalam bangku kuliah, pemuda ini sudah melupakan tentang kamera video itu. Tapi akhirnya dia mengingatnya ketika sudah sampai di rumah dan masuk ke kamarnya.
Mengambil kamera itu dari tempat persembunyiannya, dia menekan tombol berhenti. Lalu mengambil ponselnya dan menghubungi temannya.
“Hey, Trisha.” katanya. “Saya baru saja pulang. Saya akan menonton videonya.”
“Keren.” kata Trisha. “Jangan tutup teleponnya. Beritahu saya jika kau melihat sesuatu.”
Dia menekan tombol play-nya dan menonton rekaman video itu dari layar kecilnya. Dia melihat dirinya berjalan meninggalkan kamarnya untuk ke kampus pada pagi hari dan menutup pintunya. Lalu, tidak ada apa-apa yang terjadi. Dia menekan tombol untuk mempercepat dan menyaksikan seluruh rekaman itu. Ruangan itu benar-benar kosong.
“Masih tidak ada apa-apa.” katanya.
“Saya sudah bosan menunggu,” timpal Trisha. “Tapi, acara televisi sedang buruk jadi tidak ada yang bisa ku tonton.”
“Ya Tuhan!” jerit Bryan memencet tombol play secara bersamaan.
“Apa? Ada apa?” tanya Trisha bersemangat.
“Pintunya terbuka!” kata Bryan. “Itu seorang wanita …”
“Apa yang dilakukannya?” tanya Trisha.
“Hanya berdiri di sana … menutup pintu … dan berjalan kesana-kemari …”
“OMG! Aneh sekali! Bagaimana rupa wanita itu?”
“Saya tidak bisa melihat wajahnya … Rambut panjang, hitam, tipis … dengan pakaian sobek-sobek …”
“Kau mengenalnya?”
“Tidak, saya tidak mengenalnya sama sekali … Dia membawa sebuah pisau … Pisau dapur yang besar … Dia berjalan melewati tempat sampah … Sekarang, dia mengambil pakaianku dan merobek-robeknya.”
“Ugh! Gila! Ada apa dengannya?”
“Dia berjalan ke kamar kecil sekarang … Dia masuk ke sana.”
“Segera percepat dan lihat apa yang dilakukannya lagi.”
Bryan memperhatikan layarnya dengan seksama beberapa saat, tapi ruangan itu tetap kosong.
“Kau tahu apa artinya,” kata Bryan. “Sekarang saya punya bukti ini dan saya bisa ke kantor polisi agar mereka menjagaku.”
“Saya tahu,” kata Trisha. “Mereka pasti melakukan itu.”
“Alex pasti gila kalau melihat ini.”
“Pasti. Dia tidak percaya ceritamu. Cuma saya yang percaya.”
“Saya tahu. Kau memang teman yang baik … Ya Tuhan!”
“Apa? Apa?”
Bryan menekan tombol play kembali.
“Pintu depan terbuka lagi.” kata Bryan.
“Siapa itu?” tanya Trisha.
“Oh, bukan apa-apa.” jawab Bryan. “Itu hanya saya yang pulang dari kampus.”
Dia menyaksikan dirinya sendiri di layar, sedang mematikan kamera.
“Ayo ke kantor polisi sekarang,” kata Trisha. “Saya akan ikut denganmu. Kita bisa menunjukkan video itu.”
“Ok. Saya akan menemuimu di jam makan malam 15 menit lagi.” kata Bryan mengambil kamera video itu.
“Ok … tapi tunggu dulu.” kata Trisha. “Kau bilang dia masuk ke kamar kecil. Apakah dia pernah keluar? Bryan, apakah dia pernah keluar?!”
Bulu kuduk Bryan tiba-tiba berdiri. Di belakangnya, dia mendengar pintu kamar mandinya menyeret terbuka.
“Bryan! Keluar dari sana!” teriak Trisha di telepon, tapi sudah terlambat. Teleponnya mati. Dan ketika dia mencoba menghubunginya kembali, tidak ada jawaban.
Petang itu, polisi menemukan tubuh tak bernyawa mahasiswa 18 tahun itu terbaring di atas genangan darahnya sendiri – tertikam sebanyak 21 kali. Kamera video masih tergenggam erat di tangan kaku dan dinginnya. Ketika polisi memeriksa kamera itu, kartu memorinya sudah hilang.
Tidak ada satupun jejak wanita itu pernah ditemukan.
Sekarang, mungkin saja dia bersembunyi di kamar mandimu.

12# Creepypasta Indonesia

The Picky Eater


Picky Eater atau nama aslinya Ghoul adalah sebuah kisah menyeramkan tentang seorang pria yang menikahi seorang wanita muda yang wajahnya belum pernah ia lihat sebelumnya. setelah hari pernikahan, ia menyadari bahwa sang istri jarang menyantap makanan dan memutuskan untuk mencari tahu penyebabnya. diangkat dari cerita rakyat Arab kuno dengan judul "The Tale of Sidi Nouman" dari dongeng 1001 Malam.
Alkisah hiduplah seorang pria muda bernama Sidi Nouman yang berasal dari keluarga Muslim kaya raya. sudah tiba saat baginya untuk menikah, namun ia belum bertemu dengan si calon pendamping. pada zaman tersebut, segala hal yang berhubungan dengan pernikahan diatur oleh orangtua. malah, ia belum pernah melihat secara langsung wajah si pengantin wanita. sudah menjadi tradisi bahwa setiap wanita disana harus menutupi wajah mereka dengan kerudung sampai hari pernikahan tiba. yang Sidi tahu hanyalah bahwa si pengantin wanita bernama Amina.
Ketika pernikahan selesai dilangsungkan, Sidi pulang kerumah bersama sang pengantin baru. ia begitu penasaran seperti apa rupa istrinya nanti.
Didalam kamar, Amina melepaskan kerudungnya dan Sidi sungguh terkejut sekaligus lega melihat betapa cantiknya wajah Amina. dengan rasa bahagia yang begitu menggebu, ia menggenggam tangannya dan memeluk sang istri erat.
Keesokan harinya, Sidi dan Amina duduk bersama di meja ruang makan, para pelayan telah menyajikan bermacam hidangan lezat. namun begitu, saat Sidi mulai menyantap makanannya, ia menyadari bahwa sang istri tidak memakan apapun.
Ia melihat Amina meraih sebuah sendok kecil dan mulai mengambil butir demi butir nasi. setelah memakannya, Amina meminta izin untuk meninggalkan meja makan.
Hari-hari berikutnya, saat mereka makan bersama, Amina hampir tidak menyentuh apapun, kadang ia akan mengambil remah-remah roti dan kemudian pergi, bilang bahwa ia sudah kenyang. perilaku anehnya ini membuat Sidi sungguh khawatir.
Suatu malam, ketika Amina mengira bahwa Sidi telah tertidur lelap, pelan-pelan ia beranjak dari ranjang, Sidi hanya sedang berpura-pura tidur saat ia menyadari bahwa istrinya tiba-tiba terbangun, ia menaruh curiga. ia menutup matanya dan terus mendengarkan saat Amina diam-diam memakai baju lalu berjingkat keluar dari kamar.
Sidi kemudian bangun dan segera mengenakan jubahnya. mengintip dari jendela, ia melihat Amina berjalan keluar dari rumah, Sidi lalu berlari ke pintu depan dan mengikutinya dari belakang.
Dibawah remang sinar rembulan, Sidi membuntuti Amina menuju pekuburan terdekat.

Saat itu tengah malam dan pemakaman begitu sepi.
Sidi menyembunyikan dirinya diantara pepohonan dan terus mengawasi, ia sangat terkejut ketika Amina masuk kedalam pemakaman dan menemui seorang lelaki asing yang tengah duduk diatas salah satu batu nisan. Sidi terlalu jauh untuk mendengar percakapan mereka.
Amina dan si lelaki asing kemudian bersama-sama menggali makam yang masih basah dan menaikkan peti matinya, Sidi menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat mereka menarik mayat yang mulai membusuk keluar dari peti dan memotongnya menjadi beberapa bagian, hal yang tak disangka pun terjadi, mereka mulai merobek dan menggigit dengan rakus layaknya hewan buas. Sidi menyaksikan dengan gemetar dan jijik saat istri tercintanya menggerogoti daging-daging busuk dengan lahap.
Ketika mereka telah menyelesaikan "santapannya”, Amina dan si orang asing melemparkan tulang-belulang yang tersisa kambali kedalam lubang, kemudian menimbunnya dengan tanah. Sidi masih sulit percaya akan apa yang ia lihat, ia berlari kembali ke rumahnya dan naik keatas ranjang. berpura-pura tertidur nyenyak saat istrinya masuk ke kamar. Amina melepaskan pakaiannya dan pelan-pelan berbaring di sebelah Sidi, sama sekali tidak menyadari bahwa rahasianya telah terungkap.
Sidi Nouman tidak bisa tidur sepanjang malam sampai ketika pagi menjelang, ia meninggalkan rumah juga Amina yang masih terlelap. ia pergi ke kota dan mengunjungi si peramal untuk bertanya apa yang harus ia lakukan. ia menceritakan pernikahannya, perilaku Amina yang ganjil, dan pemandangan mengerikan yang ia lihat tadi malam kepada si peramal.
"Istrimu adalah iblis" kata si peramal "Salah satu dari arwah-arwah jahat yang berkeliaran di dunia, mereka tinggal di tempat tempat yang telah ditinggalkan, berburu para pengembara yang lengah untuk memakan dagingnya, dan jika mereka tak dapat menemukan yang bernyawa, mereka akan bertahan hidup dari tubuh-tubuh yang telah mati"
"Apa yang bisa aku lakukan?" tanya Sidi berlinang airmata "Tolong beritahu aku"
Sang peramal memberikannya sebuah botol kecil penuh cairan.
"Bawa ini dan pulanglah" dia bilang. "Ketika tiba waktunya, siramkan ramuan ini di matanya dan kau akan melihat apa yang harusnya kau lihat..."
Sidi pulang kerumah diwaktu makan malam dan sang istri disana untuk menyapanya, mereka duduk di meja makan dan menunggu para pelayan untuk menyajikan hidangan.
Seperti biasa, Amina meraih sendok kecil dan mengambil beberapa butir nasi dan memakannya.
"Ada apa Amina?" tanya Sidi pelan "Apa ada sesuatu yang salah dari makanan ini ?"
"Tidak, aku hanya sedang tidak lapar" jawab Amina
"Mungkin ada sesuatu yang lain yang ingin kau makan"
Sidi bilang dengan senyum kecil di wajah.
"Aku tahu memang tak ada yang lebih nikmat dari daging mayat yang telah membusuk"
Tak butuh waktu lama setelah Sidi mengucapkan kata-kata tersebut, Amina bangkit dari kursinya, wajahnya berubah mengerikan dan matanya memerah seperti hendak melompat keluar, giginya bergemeretak penuh amarah. ia melompat keatas meja dan mencoba mencekik Sidi. namun Sidi terlalu cepat menghindar.
Sidi membuka tutup botolnya dan menyiramnya tepat di mata Amina, Amina yang terkasih menjerit keras saat wajahnya berubah menghitam dan kulitnya mengeluarkan asap. Sidi menyaksikan dengan ngeri saat wajah Amina yang cantik perlahan meleleh. ia jatuh berlutut dilantai dan tubuhnya kini sudah tak berbentuk.
Saat semua telah berakhir, yang tersisa hanyalah gumpalan lumpur hitam pekat dimana Amina selama ini menyembunyikan sosok aslinya

11# Creepypasta Indonesia

Maaf Bu


Ada seorang ibu yang hidup di kota kecil di Spanyol bersama suaminya. Pasangan suami istri itu mempunyai anak laki-laki yang selalu membuat onar,Federico. Kedua orang tuanya selalu kecewa karena Federico selalu mebuat masalah di sekolahnya.
Suatu pagi, ibunya membangunkan anaknya dan menyuruhnya untuk siap-siap ke sekolah. Saat dia gosok gigi, ibunya membuatkannya sarapan. Setelah selesai sarapan, dia mengantarkan anaknya untuk naik bis sekolah.
Beberapa jam kemudian, ibunya sedang membersihkan rumah. Saat itu hampir jam makan siang saat ibunya pergi ke ruang keluarga. Dia terkejut karena melihat anaknya duduk di kursi dekat jendela, dan menatap keluar jendela.
"Federico!" katanya marah. "Apa yang kau lakukan di rumah sekarang? Kenapa kau tidak sekolah?"
Anaknya diam, lalu menatap ibunya. Ibu itu menyadari kalau ada darah di kepala anaknya.
"Federico, kenapa kepalamu berdarah?" tanyanya.
"Aku minta maaf, Ibu..." jawab anaknya.
"Apa kau berkelahi lagi?" tanya ibunya. "Apa gurumu menyuruhmu pulang?"
"Aku minta maaf, Ibu..." jawab Federico pelan.
"Aku tidak mau dengar alasanmu." kata ibunya marah. "Pergi ke kamarmu! Saat ayahmu sudah pulang, dia kan menghukummu."
Anak itu menunduk dan naik ke tangga menuju kamarnya. Ibunya menghela nafas sedih. Lalu, teleponnya tiba-tiba berdering. Ibu itu segera mengangkatnya.
"Halo." kata sebuah suara di seberang telepon."Bisakah aku bicara dengan ibu Federico?"
"Siapa ini?" tanya ibu itu.
"Ini kepala sekolah."
"Oh, tidak." kata ibu itu menghela nafas. "Apa yang dilakukan setan kecil itu sekarang?"
"Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakan ini." kata kepala sekolah. "Pagi ini, Federico naik ke atap sekolah..."
"Aku disini meminta maaf atas kelakuannya." jawab ibunya. "Aku bisa meyakinkanmu saat ayahnya sudah pulang, dia akan mendapat hukuman."
"Tidak, kau tidak mengerti." jawab kepala sekolah. "Federico melompat dari atap sekolah dan kepalanya terbentur aspal..... aku sangat minta maaf...... dia langsung meninggal..."
Ibu itu menjatuhkan hp nya. Mataya berkaca-kaca. Dia langsung berlari menuju tangga dan langsung masuk ke kamar anaknya. Kamarnya kosong.