Sunday, June 8, 2014

15# Creepypasta Indonesia

Anak-Anak di Lantai Atas


Seorang pria (kita panggil saja dia dengan "K") terluka karena sebuah kecelakaan mobil dan memutuskan untuk beristirahat dirumah untuk beberapa minggu. K sudah menikah namun isterinya juga masih bekerja, jadi dia sendirian dirumah sepanjang hari. Untuk hari-hari pertama dia menikmati kebebasannya, namun ketika sampai dihari ketiga dia mulai bosan. Dia harus tetap dirumah karena cedera yang dialaminya membuatnya tidak bisa kemana-mana.
Lalu suatu hari lewat jam makan siang dia menonton TV sembari melamun dia mendengar suara derap langkah yang keras dan suara anak kecil dari lantai atas. Dia tidak terlalu peduli pada hal itu, terlebih karena dia pikir anak-anak itu sedang liburan sekolah. hari berikutnya dia mendengar suara anak-anak lagi, pada waktu yang sama dihari yang lalu. Terdengar kalau ada dua orang anak kecil diatas sana. Tempat tinggak K adalah sebuah apartemen besar namun selalu sepi setiap hari; suara anak-anak itu, biar bagaimanapun, bergema sangat keras berlawanan dengan ketenangan yang menyelimuti. K Tidak merasa terganggu, tapi sebaliknya dia senang ada yang menganggu kesepian yang sering dialaminya.
Hari berikutnya K, merasa sangat bosan dan malas untuk memasak makan siang, dia memesan pizza. Pizza, yang datang dalam waktu 30 menit, rasanya terlalu banyak untuk K karena itu dia tidak memakan bagian lain dari pizza yang dipesannya. Biasanya dia menyisakan beberapa potong pizza itu untuk istrinya tapi kali ini dia teringat kepada anak-anak dilantai atas dan, ingin melakukan suatu kebaikan, akhirnya dia putuskan untuk mengatar pizza itu kepada mereka.
K tidak tahu siapa pemilik dari ruangan di atas, biar begitu dia menekan bel pintunya. Dia mendengar sesuatu dari dalam, tapi masih tidak ada jawaban. Dia menekan bel lagi. Dia merasa ada seseorang yang melihatnya lewat lubang pintu.
"Siapa itu?"
Suara orang yang terdengar sedang lemas terdengar dari balik pintu.
K menjelaskan dia dari ruangan dibawah mempunyai pizza sisa makan siang dan berniat untuk memberikan pizza itu kepada anak-anak diruangan itu. Pintu terbuka sedikit. Terlihat gelap yang tidak biasa didalam ruangan. Dari celah pintu sekitar 5 cm seorang wanita muncul, memperlihatkan setengah wajahnya. "Terima kasih banyak. Tapi kami tidak mau," Wanita itu menjawab dengan dingin. Terlalu gelap untuk melihat ekspresi wajahnya dengan jelas. Tiba-tiba K merasa sedang tidak berada didalam apartemen itu, biar bagaimanapun dia mencoba menjelaskan kepada wanita itu kalau dia ingin memberikan pizza itu untuk anak-anak.
Udara pelan berhembus keluar pintu. Dia mencium bau yang tidak biasa. Sesaat kemudian wajah dua orang anak kecil muncul dibawah wajah wanita itu. Pintu masih terbuka sedikit. Mata anak-anak yang redup menatap K. Tiga wajah itu berjajar dari atas kebawah.
"Baiklah.... kalau begitu.... aku terima kebaikanmu." Kata wanita itu. Ketika K mendekatkan kotak pizza itu dicelah pintu sebuah tangan keluar dan mengambil kotak pizza itu.
Tiga wajah itu masih menatap K.
"Terima kasih....."
Dia mendengar suara lemas itu lagi. K segera pergi dari tempat itu. Dia ketakutan. Disudut pikirannya dia merasakan ada sesuatu yang sangat tidak biasa. Gambaran dari wajah anak-anak itu meninggalkan tekanan dipikirannya. "Wajah....." dia merasa merinding. "Wajah itu.... berjejer satu baris..." Dia melangkah dengan cepat. K ingin segera kabur dari tempat itu secepat mungkin. Dia menunggu lift namun lift itu tidak kunjung datang. "Membentuk garis.... dengan vertikal..... diatasnya masing-masing..." Dia menekan tombol lagi dan lagi, tapi liftnya masih tidak datang. Dia berbalik dan pergi ke arah tangga darurat. Kepalanya berdenyut-denyut kesakitan. Dia mulai merasa mual.
Tepat ketika dia membuka pintu yang berat menuju tangga darurat, dia merasakan seseorang memperhatikannya dibelakang. Dia berbalik, dan sekilas, sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri, wajah yang sama menatapnya dari sudur koridor. Sama seperti sebelumnya, mereka hanya memperlihatkan setengah wajahnya dengan tatapan yang redup. Cahaya siang hari yang dingin berhembus dari jendela menerangi wajah mereka.
K segera berlari menuruni tangga, walaupun sedang sakit. Rasanya secepat apa dia berlari dia tidak akan pernah mencapai lantai dasar. "Wajah yang sejajar, diatasnya masing-masing...... mustahil..... itu berarti..... tidak ada tubuh.... dan seseuatu yang aneh kulihat dibalik wajah itu..... tangan.... memegang kepala - kepala itu...."
Dia berlari menuju toko terdekat dan meminta orang-orang disana untuk menelpon polisi. Polisi datang dan menggeledah ruangan itu. Polisi menemukan tubuh dari ibu dan anak-anak di bak mandi. Tubuh-tubuh itu sudah tidak berkepala lagi. Dan suaminya, yang menjadi tersangka pembunuhan itu, ditemukan bersembunyi di lemari pakaian - gila. Dia bersikeras menganggap kalau keluarganya masih hidup. Terlihat ketakutan tersirat dari matanya; polisi tidak tahu apa yang menyebabkan dia sangat ketakutan.
Tapi K tahu.

No comments:

Post a Comment