Wednesday, October 5, 2016

The Holder of Perspective


James berjalan menuju institusi mental, instruksi ada di tangannya. Dia tidak menyangka sama sekali ritual konyol ini akan bekerja, tapi bagaimana juga, satu-satunya hal yang dia tahu beresiko adalah waktu yang terus habis dan mungkin sedikit hal yang membuat dirinya malu. Dia mendekati seorang perempuan yang berada di meja resepsi dan menanyanya dengan sedikit berbisik apakah dia bisa bisa bertemu dengan seseorang yang menyebut dirinya "The Holder of Perspective."

Apa yang terjadi selanjutnya membuatnya sedikit terkejut: sang resepsionis menganggukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh, persis seperti instruksi yang mengatakan bahwa dia akan seperti itu. Dia berpikir "Okay," . "Rupanya aku bukan orang pertama yang melakukan sesuatu seperti ini. Mungkin dia juga pernah membaca ini dan hanya bermain-main. Mungkin dia akan membawaku kembali ke ruang istirahat atau apapun itu hanya untuk menunjukan orang idiot terbaru kepada rekan kerjanya yang berjalan kesini dan meminta untuk sesuatu yang konyol. Biarkan mereka semua tertawa senang. Ya Tuhan, kenapa aku berpikir ada kemungkin bahwa ini akan bekerja?"

Gumammannya, pikiran yang mencaci dirinya sendiri terdiam, sementara ituhowever, setelah dia membuka pintu dua lapis yang di rantai dan dia melihat tangga yang jauh dan sempit yang membawa jauh keatas lebih tinggi dari tinggi bangunan yang seharusnya.

"Sialan, hal-hal ini ternyata benar-benar nyata."

James menaiki tangga dengan hati-hati. Seperti yang dibayangkan, ketika dia telah mencapai tinggi tertentu, dia mulai melihat gambaran yang diproyeksikan ke dinding. Gambaran itu adalah bencana paling besar dan mematikan yang pernah dialami manusia; kehancuran Pompeii, kerusakan akibat Wabah Hitam, Holocaust, 9/11. Gambaran itu menunjukan tragedi-tragedi ini dari pandangan setiap korbannya. Semua yang harus James lakukan adalah mencegah dirinya termakan oleh kesedihan, tapi dia tahu dengan baik hadiah apa yang didapatkannya untuk membiarkannya mengalah dari keputusasaan. Disamping itu, dari semua ekspektasi terliarnya dia telah maju sejauh ini ; dia tidak bisa membiarkannya gagal sekarang.


Setelah dakian yang jauh dan melelahkan, dia akhirnya mencapai ke puncak tangga dimana ada dinding yang diukir marmer dengan beberapa kecil, jendela kaca berbentuk mata telah menunggu. Dia mengingat instruksinya dan meletakan mata kirinya di jendela dengan retakan vertikal sempurna di tengahnya. Dalam sekejap pandangan berubah dari tubuhnya sendiri kepada seorang kuno dalam ruangan batu oval. Orang itu menggunakan jari yang kurus yang tulangnya terlihat untuk melacak pola pada mata kaca bersar. James merasakan genggaman dalam pikirannya yang melemah, jadi sebelum dia benar-benar kehilangan pikirannya, dia berpikir sekeras mungkin yang dia bisa, "Bagaimana mereka akan melihat Hari Akhir?"

Dalam sekejap, ribuan gambaran mulai bermunculan dengan cepat dimatanya. Gambaran itu adalah gambaran yang sama yang sebelumnya dia lihat di ruangan sebelumnya, hanya saja kalo ini gambaran itu muncul dari mata orang lain yang menyaksikan. Merasakan empati, kesedihan dan kesenangan meluap dalam dirinya secara bersamaan. Gambaran terakhir yang dia lihat adalah api yang tidak ada akhirnya; saat ini, tidak ada emosi lain kecuali ketakutan yang tidak terkendali. Fisik dan mentalnya telah terkuras habis dari perjalanan sampai saat ini, James tidak bisa lagi menahan ketegangan dan pingsan dari tempat dia berdiri.

---------

Ah, Seeker kasihan lainnya yang tidak bisa melihat penglihatanku. Sangat sedikit yang mempunyai mental yang kuat untuk itu, kau lihat, dan untuk alasan bagus; tidak ada orang biasa yang pernah mau menyaksikan penglihatan dari Hari Akhir , dan pastinya tidak seperti amatir itu. Aku akan membuang tubuhnya dan menempatkan jiwanya dalam mata kaca ku, dimana dia akan bergabung dengan ribuan lainnya yang telah gagal.

Mata Kaca ku adalah objek ke 26 dari 538. Dia menunggu seseorang yang pantas untuk melihat dunia dari perspektif mereka.