Wednesday, November 19, 2014

#8 Suara Kakek yang lain

Saat masih kecil, aku dan kakek sering sekali menonton acara misteri medis di TV. Kalian tahukan, tentang manusia dengan enam kaki, atau bayi yang tidak berkulit namun tetap hidup. Alergi yang unik, mutasi genetic, dan banyak hal lain yang terkesan komikal, mungkin saja sang dokter lupa dan meninggalkan peralatan medisnya di dalam tubuhmu, dan benda itu diam di dalammu selama lebih dari 5 tahun. Cerita-cerita ini mendidik dan juga menjijikkan, aku berhenti menonton itu semua saat beranjak remaja.
Kakek kadang bercanda dan berkata bahwa seharusnya dia berada dalam acara itu. Aku tahu dia tidak serius, dia tidak suka menarik perhatian orang. Aku kadang berpikir, jika kakek masuk acara itu, apa yang akan menjadi judul dari episode itu. Ide yang muncul selalu jelas, seperti sebuah acara film retro, “Pria dengan Dua Suara”.
Semenjak menjadi anggota di keluarga ini, aku tahu kakek punya dua suara. Salah satu cara untuk mendeskripsikan ini adalah dengan menggambarkan seperti saat kita sakit dan ada dahak dan flek di tenggorokkan kita, dan itu memberikan efek suara yang pecah saat kita berbicara. Kita akan mendengar suara normal kita, namun di satu sisi kita bisa mendengar gaung dari suara yang lebih rendah. Suara itu akan hilang ketika kita berdehem. Namun kakek selalu seperti itu sepanjang hidupnya, dan suara keduanya sama kerasnya dengan suara normalnya.
Aku ingat ketika dia menceritakan cerita masa mudanya, dokter akan melihat isi lehernya dan tidak menemukan apa-apa. Hasil x-ray juga nihil. Aku sering bertanya ke kakek, kenapa dia tidak mencoba kembali ke dokter, apalagi dengan teknologi medis yang sekarang lebih maju.
Jawaban kakek selalu sama, “Mereka tidak memberikan vonis yang baru.”
Kita menamakan suara kedua itu “Ed”. Nama kakek adalah Albert, disingkat Al. Terdengar seperti acara Tv kan? Ed & Al. Al & Ed.
Kakek meninggal dengan tragis. Dia memiliki banyak teman dan orang-orang yang menyayanginya. Atau ibu sering menyebutnya sebagai, orang-orang yang senang dengan “pertunjukkan sirkusnya” Sinisme dari opini ibuku terbukti ketika kakek di autopsy.
Kita sadar, seharusnya kakek pergi ke dokter. Hasil untrasound menunjukkan bahwa perut gendutnya bukan karena bir, namun suara keduanya benar-benar merupakan suara yang lain! Ada benda kecil, meringkuk di tubuhnya yang ternyata adalah kembaran kakek. Dia berada di perut kakek dan berhubungan langsung edengan esophagus yang berada di bawah tulang selangka. Tentu saja dokter jaman dulu tidak dapat mendeteksi ini.
Ini menjelaskan bahwa, ada saluran yang menghubungkan antara kembaran kakek dengan esophagus yang menjadi sumber suara kedua kakek.
Menurut orang yang meng-autopsi kakek, ada sebuah suara yang terus berbicara setelah kakek meninggal. Ed masih hidup beberapa hari setelah kakek meninggal

No comments:

Post a Comment